Arifin Krenz

Arifin Krenz
Di Tugu Soekarno #Jembatan

Minggu, 28 September 2014

Telaah Materi SKI - Masuknya Islam Keindonesia


TUGAS KELOMPOK IX



MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah : Telaag Materi SKI MTs/MA
Dosen : Latifa Anum Dalimunthe, S.Ag. M.Pd.I



C:\Documents and Settings\7Client\My Documents\Unduhan\logo_edit.jpg;jsessionid=567E8A3223245CF5EC589CC31B37604B.gif
 







Disusun Oleh :

                                             Arifin                 1201111692
                                             Erma                   1201111691
                                             Ibtidayah            1201111693



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
TAHUN 2014




KATA PENGANTAR




Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah Robbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas berhasilnya kami dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “Masuknya Islam KeIndonesia” ini.
Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Telaah Materi SKI  MTs/MA yang diampu oleh Latifa Anum Dalimunthe, S.Ag. M.Pd.I. Kami mengucapkan Banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya makalah ini. Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran selalu saya harapkan demi perbaikan makalah ini.
Demikian semoga senantiasa mendapatkan perlindungan dan ridlo Allah SWT. Amin.



                                                                                          Palangka Raya, September 2014


                                                                                                         Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang Masalah
Berbeda dengan pembabakan sejarah dunia islam yang sudah cukup mapan, periodisasi sejarah islam di indonesia belum lagi jelas. Hal itu terutama karena karya-karya sejarah islam di indonesia yang memaparkan secara lengkap masih sangat langka. Memang sulit menentukan pembabakan sejarah islam di indonesia karena wilayahnya cukup luas sehingga perkembangan sejarah antara satu daerah dan daerah yang lain berbeda-beda. Periodisasi tersendiri bagi sejarah islam di indonesia menunjukkan bahwa ia belum terkait erat dan menyatu dalam kajian sejarah dunia islam. Akan tetapi, perkembangan sejarah islam di Asia Tenggara, termasuk indonesia, nampaknya memang khas Asia Tenggara. Ia tumbuh dan berkembang secara damai melalui dunia perdagangan, terlepas dari campur tangan kerajaan-kerajaan besar islam di Timur Tengah atau kawasan lainnya. Oleh karena itu, kebudayaan dan peradabannya juga khas indonesia.

B.        Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses masuknya Islam di Indonesia ?
2.      Bagaimana Teori Masuknya Islam ke Indonesia ?
3.      Bagaimana Pengarauh Islam terhadap Peradaban Bangsa Indonesia ?
4.      Bagaimana Proses berkembangnya Agama Islam diIndonesia ?
C.        Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan makalah ini adalah Untuk mengetahui perkembangan Islam, identifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam perkembangan Islam dan mengambil ibrah dari peristiwa perkembangan Islam serta meneladani tokoh-tokoh yang berprestasi dalam perkembangan Islam di dunia ?


D.        Manfaat
1.      Manfaat teoritis
a.       Dapat memahami materi sejarah kebudayaan islam kelas IX dengan baik.
b.      Dapat menjelaskan materi sejarah kebudayaan islam kelas IX sesuai dengan SK-KD 2008.
c.       Dapat mengambil ibrah dari materi sejarah kebudayaan islam kelas IX dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Manfaat praktis
a.       Bagi pemakalah
Untuk meningkatkan pengetahuan pemakalah, khususnya dalam materi sejarah kebudayaan islam kelas IX di Madrasah Tsanawiyah
b.      Bagi pembaca
Sebagai dasar pengetahuan bagi mahasiswa agar nantinya dapat mengaplikasikan dan menelaah materi sejarah kebudayaan islam kelas IX di madrasah aliyah.





BAB II
PEMBAHASAN

A.     Proses Masuknya Islam ke Indonesia

Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad Masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara.[1]

Ada dua pendapat ahli sejarah tentang waktu masuknya agam islam keindonesi, yaitu: yang pertama, masuknya agama islam ke Indonesia terjadi pada abad ke-7 M. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa masuknya agama islam terjadi pada abad ke-13 M.
           
Pendapat yang menyatakan bahwa masuknya agama islam di Indonesia terjadi pada abad ke-7 M didukung oleh beberapa bukti, yaitu:

  1. Catatan Sejarah Kerajaan Cina
Pada zaman dinasti tang, orang-orang Ta-Shih (orang-orang arab) berencaa menyerang kerajaan Holing yang diperintahkan oleh Ratu Sima tetapi rencana tersebut dibatalkan karena kuat pemerintahan Ratu Sima.

  1. Berita Chon Ku – Fei (1178 M)
Dalam berita ini disebutkan bahwa Indonesia terdapat dua tempat yang masyarakatnya terdiri dari orang-orang Ta-Shih(orang Arab)  yaitu Sumatra selatan dan F0-lo-an (sekarang kuala Brag-Trengganu-Malaysia). Keduanya merupakan wilayah kekuasan kerajaan Sriwijaya.

  1. Berita Jepang (784 M)
Diceritakan bahawa pada saat pendeta kanshin melakukan perjalanan ke Indonesia, pada waktu itu di Kanton terdapat kapal-kapal Po- see (bangsa Melayu) dan Ta-shih (orang Arab dan Persia).

Pendapat yang menyatakan bahwa masuknya agama islam di Indonesia terjadi pada abad ke-13 M didasarkanya pada adanya kerajaan Samudra Pasai yang muncul sekkitar abad ke-13 . Hal ini didukung oleh beberapa bukti, yaitu:

  1. Catatan Perjalanan Marcopolo (1292 M)
Pada saat Marcopolo melakukan pelayaran dari Cina kembali ke Eropa, dia singgah di Kerajaan Islam Samudra Pasai – Indonesia.

  1. Berita Ibnu Batutah ( seorang petualang dari Maroko )
Yang dijadikan bukti sejarah dari Ibnu Batutah  adalah di Sumatra Utara ditemukan batu nisan Sultan Malik al-Saleh yang bertuliskan Ramadhan 979 Hijriah (1297 M). Sultan Malik al-Sale adalah seorang pengajar tasawuf yang menjadi Raja di kerajaan Samudra Pasai. Tahun 1297 M abad 13 M.

Proses masuknya Islam ke Indonesia tidak dilakukan secara serentak disemua wilayah tetapi hanya dibeberapa daerah, terutama didaerah pesisir karena disinilah terjadinya interaksi social anatar penduduk Indonesia dengan para pedagang asing yang membawa Agama Islam. Pengaruh Islam pertama kali muncul di Sumatra. Hal ini di buktikan dengan ditemukanya prasasti yang menggambarkan adanya Kerajaan Islam di pulau tersebut yaitu Samudra Pasai.
Islam pertama kali pertama kali masuk ke Indonesia dibawa oleh pedagang yang melaukan kegiatan dagang, selanjutnya penyebarannya di;akukanoleh beberapa golongan.

Golongan pembawa agama Islam adalah sebagai berikut.
  1. Pedagang
Para pedagang muslim yang berdagang di Indonesia mayoritas berasal dari Arab. Ketika melakukan perdagangan, mereka membawa pengaruh islam terhasdap pedagang lain. Saat berdagang mereka tinggal di Indonesia beberapa waktu lamanya dan berinteraksi dengan penduduk pribumi. Sentuhan agama yang dilakukan  dalam bermasyarakat membuat agama Islam dikenal oleh penduduk Indonesia, kemudian beberapa orang masuk Islam dan semakin lama semakin banyak yang masuk islam.
  1. Mubaligh atau Guru Agama
Golongan mubaligh datang ke Indonesia untuk menyebarkan agama Islam. Mereka mendirikan pesantren dan mencetak kader-kader dakwah, mengajari generasi muda islam untuk menjadi guru agama.
  1. Penganut Tasawuf
Kelompok ini masuk ke Indonesia pada abad ke013 M. Mereka mengajarakan hidup sederhana dan pendekatan diri kepada Allah.

Kelompok masyarakat Indonesia yang menerima ajaran islam adalah sebagai berikut.

1.      Golongan Elit
Golongan ini terdiri dari para raja, kaum bangsawan dan penguasa. Mereka adalah penguasa politik dan berperan dalam menetukan kebijakan perdagangan dan pelayaran, disamping itu juga beberapa pemlik saham dan pemegang monopoli perdagangan dan pelayaran sehingga mereka sering berhubungan langsung dengan para pedagang dan luar negeri termasuk para pedagang muslim.


2.                  Golongan Wong Cilik (masyarakat kelas bawah )
Masyarakat kecil mengenal agam Islam dari para ulam yang berdakwah langsung di lingkungan mereka.[2]


B.     Teori Masuknya Islam ke Indonesia

1.      Teori Gujarat
Teori ini mengikuti teori Prof. Dr. Snouck Hurgronje maka diteorikan Islam masuk dari Gujarat. Menurutnya, Islam tidak mungkin masuk ke nusantara Indonesia langsung dari Arabia tanpa melalui ajaran tasawuf yang berkembang di India. Dijelaskan pula bahwa daerah India tersebut adalah Gujarat. Daerah pertama yang dimasuki adalah Kesultanan Samodra Pasai, pada abad ke-13.
2.      Teori Makkah
Adapun waktu masuknya agama Islam ke Nusantara Indonesia terjadi pada abad ke-7 M. Dalam berita dinasti Tang tersebut menuturkan ditemuinya daerah hunian wirausahawan Arab Islam di Pantai Barat Sumatera maka disimpulkan Islam masuk dari daerah asalnya Arab. Dibawa oleh wiraniagawan Arab.
3.      Teori Persia
Islam masuk dari persia dan bermadzhab Syi’ah. Pendapatnya didasarkan pada sistem baca atau sistem mengeja membaca huruf Al Qur’an, terutama di Jawa Barat. Teori ini dinilai lemah karena tidak semua pengguna sistem baca huruf Al Qur’an tersebut di Persia penganut madzab Syi’ah.
4.      Teori Cina
Prof. Dr. Slamet Muljana, 1968, dalam Runtuhnja Keradjaan Hindu Djawa dan Timbulnja Negara-Negara Islam di Nusantara, tidak hanya berpendapat Soeltan Demak adalah orang peranakan Cina. Namun juga menyimpulkan bahwa para Wali Sanga adalah orang peranakan Cina. Pendapat ini bertolak dari Kronik Klenteng Sam Po Kong. Misalnya Soeltan Demak Panembahan Fatah dalam Kronik Klenteng Sam Po Kong bernama Panembahan Jin Bun nama Cina-nya. Soenan Ampel dengan nama Cina, Bong Swi Hoo, dan lain-lain. Sebenarnya menurut budaya Cina dalam penulisan sejarah nama tempat yang bukan negeri Cina, dan nama orang yang bukan bangsa Cina, juga dicinakan penulisannya. Besar kemungkinan seluruh nama-nama raja Madjapahit dan nama keradjaan Hindoe Madjapahit pun seperti halnya kerajaan lainnya dicinakan pula dalam Kronik Klenteng Sam Po Kong Semarang, ditafsirkan oleh Prof. Dr. Slamet Muljana sebagai orang Cina.
5.      Teori Maritim
Menurut N.A Baloch sejarawan Pakistan, Masuk dan Berkembangnya agama Islam di Nusantara Indonesia, akibat umat Islam memiliki navigator atau mualim dan wirausahawan Muslim yang dinamik dalam penguasaan maritim dan pasar. Melalui aktivitas ini, ajaran Islam mulai dikenalkan di sepanjang jalan laut niaga di pantai-pantai tempat persinggahannya pada masa abad ke 1 H atau abad ke-7 Masehi. Oleh karena itu, langkah awal sejarahnya, ajaran Islam dikenalkan di pantai-pantai Nusantara Indonesia hingga di Cina Utara oleh para wirausahawan Arab. Proses waktu yang dilalui dalam dakwah pengenalan ajaran Islam ini, berlangsung selama lima abad, dari abad ke 1-5 H/7 -12 M.
Langkah berikutnya, N.A. Baloch menjelaskan mulai abad ke-6 H/13 M terjadi pengembangan Islam hingga ke pedalaman. Pada periode ini pengembangan agama Islam ke pedalaman dilakukan oleh para wirausahawan pribumi. Selain itu, dimulai dari Aceh pada abad ke-9 M, kemudian diikuti di wilayah lainnya di Nusantara, kekuasaan politik Islam atau kesultanan mulai tumbuh.[3]








C.     Pengaruh Islam terhadap peradaban Bangsa Indonesia

Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang pernah Anda pelajari pada sebelumnya. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.
1.      Seni Bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, . Untuk lebih jelasnya silahkan Anda lihat gambar 1.1 berikut ini.


 









Gambar 1.1. Masjid Aceh merupakan salahsatu masjid kuno di Indonesia.
Wujud akulturasi dari masjid kuno seperti yang tampak pada gambar 1.1. memiliki
ciri sebagai berikut:
a.      Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan Mustaka.
b.      Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia.
c.       Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.
Mengenai contoh masjid kuno selain seperti yang tampak pada gambar 1.1 Anda dapat memperhatikan Masjid Agung Demak, Masjid Gunung Jati (Cirebon), Masjid Kudus dan sebagainya.
2.      Seni Rupa
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian, misalnya ragam hias pada gambar 1.3. ditengah ragam hias suluran terdapat bentuk kera yang distilir.











Gambar 1.3. Kera yang disamarkan
Ukiran ataupun hiasan seperti pada gambar 1.3., selain ditemukan di masjid juga ditemukan pada gapura-gapura atau pada pintu dan tiang.

3.      Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran. Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu – Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia. Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/ aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu.
Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:
a.      Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
b.      Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
c.       Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
d.      Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.

4.      Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha, tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya. Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/ dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam. [4]

D.    Proses Berkembangnya Agama Islam di Indonesia
Proses berkembangnya agama Islam sejalan dengan perdagangan dan pelayaran.
Kapal yang melewati Selat Malaka pasti singgah di pelabuhan Malaka. Antara lain kapal-kapal dari Indonesia, Cina, India (Gujarat), Arab, Persia, dan Asia Tenggara.
Ternyata perdagangan dapat menjadi jalur penyebaran agama Islam. Disamping itu masih ada jalur-jalur lain. Apa saja jalur itu?
1.      Jalur perkawinan
2.      Jalur pendidikan
3.      Jalur dakwah
4.      Jalur kesenian
Agama Islam cepat berkembang atau meluas di Indonesia, adapun faktor-faktor yang menyebabkan agama Islam cepat meluas di Indonesia adalah:
1.      Syarat-syarat masuk agama Islam sangat mudah yaitu dengan mengucapkan kalimat syahadat.
2.      Upacara-upacara agama Islam sangat sederhana dibandingkan dengan agama Hindu
3.      Agama Islam tidak mengenal sistem kasta dan menganggap setiap manusia sama.
4.      Agama Islam yang menyebar di Indonesia telah di sesuaikan dengan adat dan tradisi bangsa Indonesia.
5.      Faktor politik yang ikut memperlancar penyebaran agama Islam yaitu runtuhnya kerajaan Majapahit sebagai kerajaan Hindu di Indonesia.






BAB III
TELAAH MATERI

A.     Telaah Subtansi
Menurut kami materi pembelajaran SKI tersebut mudah dipahami oleh peserta didik pada tingkat MA sesuai dengan kemampuan peserta didik pada jenjang tersebut. Setiap materi disesuaikan dengan tingkatan kelasnya.
Namun ada beberapa kekurangan dalam materi SKI MA KelasIXdi dalam modul pembelajaran SKI MA tidak di cantumka teori- teori masuknya islam ke Indonesia yang mana ada beberapa teori masuknya islam keindonesia yang mana kami dapat dari Nugroho  Notosusanto Sejarah Nasional Indonesia III. Diantaranya  ,Teori Gujarat, teori cini dan  teori maritimYang mana beberapa teori tersebut kurang lengkap dalam modul pembelajaran SKI MA kelas XII .

  1. Telaah Formatif
1.      Telaah SK/KD
Menurut kami Mudul Pembelajaran SKI MA IX telah sesuai dengan SK dan KD yang telah ada. Setelah menelaah  SK-KD dan uraian materi SKI MTS, dapat kita klasifikasikan secara global kompetensi – kompetensi sesuai dalam tiga domain :
1.      Domain Kognitif
Domain kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi sehingaa kompetensi yang masuk dalam domain ini adalah kompetensi yang redaksinya berbunyi antara lain : Menghafal , memahami, mengidentifikasi, menerjemahkan.
2.      Domain Psikomotorik
Domain yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu, maka kompetensi yang masuk dalam domain ini adalah kompetensi yang redaksinya berbunyi antara lain : menerapkan menunjukan sikap sosial tertentu.
3.      Domain Afektif
Domaim yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Berdasarkan penjelasan tersebut ada kompetensi yang secara khusus menyuratakan muatan ranah afektif antara lain keteladanan.
2.      Telaah Metode
Menurut kami Metode yang tepat adalah Diskusi dan Inkuiri walaupun kita tahu bahwa tidak ada satupun metode yang tepat digunakan dalam pembelajaran, kenapa kami memilih Metode Diskusi dan Inkuiri karena didalam Metode Diskusi  karena Kurangnya minat siswa mempelajari Sejarah Islam disebabkan oleh proses belajar mengajar yang berlangsung secara imposisi. Hal ini mengakibatkan kejenuhan pada anak didik. Oleh karena itu, salah satu metode yang tepat digunakan oleh guru adalah metode diskusi. Penerapan metode diskusi dalam pembelajaran Sejarah Islam mampu membangkitkan keaktifan siswa sehingga suasana kelas menjadi lebih hidup. Dan Metode Inquiri Dalam kegiatan belajar mengajar, metode inkuiri merupakan suatu strategi pembelajaran yang memungkinkan para peserta didik untuk mendapatkan jawabannya sendiri seperti pengaruh masuknya islam terhadap kebudayaan atau peradaban bangsa Indonesia, dan tak lupa juag Metode Ceramaha metode tradisional yang tak mungkin juga ditinggalkan.

3.      Telaah Bahasa
Menurut kami bahasa yang digunakan dalam modul pembelajaran SKI kelas IX mudah untuk dipahamai siswa karena didalamnya menggunkan bahasa yang mudah dipahami.

           
4.      Telaah Media
Menurut kami media yang cocok adalah menggunakan Slide Show yang mana gambar tersebut membantu guru dalam menjelaskan materi yang disampaikan antara lain akulturasi kebudayaan Indonesia yang mulanya bercorak Hindu-Budha.

5.      Telaah Evaluasi
Menurut kami evaluasi yang dilakukan sudah bagus yang mana dalam Modul sudah mewakili materi yang telah dibuat.

    1. Alokasi Waktu
Untuk alokasi watktu sudah cukup bagus yaitu 2x40 karena waktu itu cukup untuk menyampaikan materi.


















BAB IV
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Telaah berdasarkan beberapa aspek diatas, bahwa SK – KD dan materi  SKI MTS  memiliki Kelebihan dan kelemahan. Kelemahan tersebut lebih kepada pengejawantahan-yang pada hal ini masuk ranah afektif dan psikomotorik – nilai-nilai yang ada dalam Mata Pelajaran SKI. Namun hal tersebut dapat disiasati dengan lebih proakrtifnya guru terhadap perkembangan sikap dan perilaku peserta didik baik ketika di madrasah maupun di rumah.

B.     Kritik dan Saran
Demikian makalah Telaah Materi ski tingkat mts yang telah kami susun. Tiada gading yang tak retak, maka kami selaku penyusun senantiasa menerima kritik dan saran yang kontruktif sebagai penyempurnaan dari makalah ini.





[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta : PT RajaGrafindo, 2003)  h.191
[2] Modul, Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta : Pustaka Forqun ,2008) hal 4
[3] Notosusanto,Nugroho.1993. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka.
[4] R. Soekmono, Sejarah Kebudayaan Indonesia 3, Kanisius, Yogyakarta, 1985
 




Minggu, 22 Juni 2014

Makalah Pengelolaan Pembelajaran - Iklim Sosio Emosional



BAB I

PENDAHULUAN

A.          LATAR BELAKANG

Seorang guru memiliki peranan sebagai pengelola aktivitas yang harus bekerja berdasar pada kerangka acuan pendekatan pengelolaan kelas. Mengelola kelas dalam proses pemecahan masalah bukan terletak pada banyaknya macam kepemimpinan dan kontrol, tetapi terletak pada ketrampilan memberikan fasilitas yang berbeda-beda untuk setiap peserta didik. Pemecahan masalah merupakan proses penyelesaian yang beragam, ini tergantung pada sumber permasalahan.

Guru harus memiliki, memahami dan terampil dalam menggunakan macam-macam pendekatan dalam pengelolaan kelas, meskipun tidak semua pendekatan yang dipahami dan dimilikinya dipergunakan bersamaan atau sekaligus. Dalam hal ini , guru dituntut untuk terampil memilih atau bahkan memadukan pendekatan yang menyakinkan untuk menangani kasus manajemen kelas yang tepat dengan masalah yang dihadapi.

Di kelaslah segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya. Kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Mengingat pentingnya pendekatan dalam pengelolaan kelas, maka pada makalah ini penulis akan membahas mengenai salah satu pendekatan dalam pengelolaan kelas yaitu Pendekatan Iklim Sosio-Emosional.

 

B.     RUMUSAN MASALAH

Dengan melihat latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah. Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Bagaimana pendekatan iklim sosio-emosional secara umum?

2.      Bagaimana pendapat para ahli mengenai pendekatan iklim sosioemosional?

3.      Apa saja kelebihan dan kelemahan dari pendekatan iklim sosio-emosional?

C.     TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Untuk mengetahui tentang pendekatan sosio-emosional

2.      Untuk mengetahui cara menciptakan kondisi sosio-emosional yang positif serta      kelebihan dan kekurangan dari pendekatan iklim sosio-emosional.

D.    MANFAAT

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini :

1.      Memberikan informasi pada pembaca tentang pendekatan dan pentingnya iklim sosio-emosional.

2.      Dapat menjadi pedoman bagi calon guru dalam menerapkan pendekatan iklim sosio-emosional dalam kelas


 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      PENDEKATAN IKLIM SOSIO-EMOSIONL SECARA UMUM

Pendekatan Iklim Sosio-Emosional dalam pengelolaan kelas berakar pada psikologi penyuluhan (konseling) dan klinis sehingga menekankan pentingnya hubungan interpersonal. Guru adalah penentu utama dari hubungan interpersonal dan iklim (suasana) kelas. Dengan demikian, tugas yang amat pokok bagi guru ialah membangun hubungan interpersonal dan mengembangkan iklim sosio-emosional yang positif.

Pendekatan iklim sosio-emosional akan tercapai secara maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan murid serta hubungan antar murid. Dalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu, seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas untuk terciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap mengayomi atau sikap melindungi.[1]

 

 

 

 

B.     KONDISI SOSIO-EMOSIONAL

Suasana sosio-emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan peserta didik merupakan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran.

1.      Tipe Kepemimpinan
Peranan guru, tipe kepemimpinan guru, atau administrator akan mewarnai suasana emosional didalam kelas. Tipe kepemimpinan yang lebih berat pada otoriter akan menghasilkan sikap peserta didik yang submissive atau apatis. Tapi dipihak lain juga akan menumbuhkan sikap yang agresif.

Kedua sikap peserta didik yaitu apatis dan agresif ini dapat merupakan sumber problem pengelolaan, baik yang sifatnya individual maupun kelompok kelas sebagai keseluruhan. Dengan tipe kepemimpinan yang otoriter peserta didik hanya akan kalau ada gurdan kalau guru tidak mengawasi maka semua aktivitas menjadi menurun aktivitas proses belajar mengajar sngat tergantung pada guru dan menuntut sangat banyak perhatian dari guru.

Tipe kepemimpinan yang cenderung kepada laissez-faire biasanya tidak produktif walaupun ada pemimpin. Kalau guru ada peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan. Dalam kepemimpinan  tipe ini malahan biasanya aktivitas peserta didik lebih produktif kalau gurunya tidak ada. Tipe ini biasanya lebih cocok bagi peserta didik yang innerdirected dimana peserta didik tersebut aktif, penuh kemauan, berinisiatif, dan tidak selalu menunggu pengarahan . akan tetapi kelompok peserta disemacam ini biasanya tidak cukup banyak.
Tipe kepemimpinan guru yang lebig menekankan kepada sikap demokratis lebih memungkin terbinanya sikap persahabatan guru dan peserta didik dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu menciptakan iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi proses belajar-mengajar yang optimal, peserta didik akan belajar secara produktif baik pada saat diawasi guru maupun tanpa diawasi guru. Dalam kondisi semacam ini biasanya problema pengelolaan bisa dibatasi sedikit mungkin.



2.      Sikap Guru
Sikap  guru dalam menghadapi peserta didik yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku peserta didik akan dapat diperbaiki. Kalau guru terpaksa membenci, bencilah tingkah laku peserta didik dan bukan membenci peserta didik.

Terimalah peserta didik dengan hangat kalau ia insyaf akan kesalahannya. Berlakulah adil dalam bertindak dan ciptakan satu kondisi yang menyebabkan peserta didik sadar akan kesalahannya dan ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya.

3.      Suara Guru
Suara guru walaupun bukan faktor yang besar tetapi turut mempunyai pengaruh dalam belajar. Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi  atau demikian rendah sehingga tidak terdengar oleh peserta didik secara jelas dari jarak yang agak jauh akan membosankan dan pelajaran tidak akan diperhatikan. Suasana semacam ini mengundang tingkah laku yang tidak diinginkan.

Suara yang relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh kedengarannya rileks akan mendorong peserta didik untuk lebih berani mengajukan pertanyaaan, mencoba sendiri, melalukan percobaan terarah,  dan sebagainya. Tekanan suara hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan peserta didik yang mendengarnya.[2]

4.      Pembinaan Raport
Sekali lagi ingin kita tekankan bahwa pembinaan hubungan baik dengan peserta didik dalam masalah pengelolaaan sangat penting. Dengan hubungan baik guru peserta didik  senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, serta realistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya.







C.     PENDEKATAN SOSIO-EMOSIONAL MENURUT PARA AHLI
Dalam pendekatan iklim sosio-emosional dalam pengelolaan kelas terdapat beberapa pakar yang mengemukakan pendapatnya, yaitu :
Carl A. Rogers
Haim C. Ginnot
a)      Menurut Carl A. Rogers
Ide yang menyangkut ciri-ciri pendekatan iklim sosio-emosional ini dapat dijumpai dalam tulisan-tulisan Carl Rogers. Pokok pikiran Rogers menyatakan bahwa faktor yang amat berpengaruh terhadap peristiwa belajar adalah mutu sikap yang ada dalam hubungan interpersonal antara guru (sebagai fasilitator) dan siswa (sebagai pelajar). Menurut Rogers, beberapa sikap yang perlu dimiliki guru untuk membantu siswa belajar adalah [3]
Sikap kesadaran akan diri sendiri, keterbukaan dan tidak berpura-pura.
Guru perlu mengenal dirinya dengan baik dan menampilkan dirinya sendiri sebagai mana adanya. Guru hendaknya menyadari perasaan – perasaannya sendiri, menerima perasaan itu dan jika perlu mengkomunikasikan perasaan itu. Tindakan guru harus sesuai dengan perasaan itu dan tidak pernah berpura – pura. Pengembangan hubungan interpersonal dan iklim sosio – emosional yang positif amat dipengaruhi oleh kemampuan guru menampilkan dirinya sebagaimana adanya. Menurut Rogers, penampilan diri sebagaimana adanya merupakan sikap yang paling penting yang mempengaruhi proses belajar.
Sikap menerima, menghargai, mau membantu, dan percaya.
Penerimaan guru merupakan sikap kedua yang juga amat penting dalam membantu siswa belajar. Penerimaan guru mengisyaratkan bahwa guru memandang siswa sebagai individu yang berharga. Hal ini juga menandakan adanya kepercayaan guru kepada siswa. Jika tingkah laku siswa diterima guru, maka siswa itu akan merasa bahwa ia dipercaya dan dihormati. Dengan demikian, guru yang menghormati dan mempercayai siswa akan mempunyai kesempatan yang besar untuk menciptakan iklim sosio emosional yang dapat membantu kesuksesan belajar siswa.

Sikap mau mengerti dengan penuh empati

Pengertian dengan penuh empati merupakan kemampuan guru untuk memahami keadaan siswa sesuai dengan pandangan siswa itu sendiri. Kemampuan ini menunjukkan kepekaan guru terhadap perasaan – perasaan siswa dan kepekaan guru untuk tidak memberikan penilaian terhadap keadaan siswa. Pengertian mendalam yang tanpa disertai penilaian ini perlu dilengkapi empati dari guru terhadap siswa. Jika hal ini terjadi, maka siswa akan merasa bahwa guru mengerti apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh siswa. Dengan demikian, hubungan interpersonal dan iklim sosio – emosional yang positif akan berkembang, dan selanjutnya pengaruh besar terhadap kegitan belajar siswa.

 

 

b)      Menurut Haim C. Ginnot

Dalam pengembangan iklim sosio-emosional yang positif Ginot menekankan pentingnya komunikasi yang diselenggarakan oleh guru. Yang amat perlu diperhatikan adalah komunikasi itu ialah bahwa guru hendaklah membicarakan keadaan yang dijumpai pada waktu itu dan tidak membicarakan pribadi ataupun sifat-sifat siswa. Jika guru dihadapkan pada perilaku siswa yang tidak menyenangkan, guru disarankan agar menjelaskan apa yang dilihatnya, apa yang dirasakan, dan apa yang sebaliknya dilakukan. Sebagai tambahan, Ginot mengemukakan sebuah daftar saran tentang cara-cara yang hendaknya dilakukan oleh guru dalam berkomunikasi secara efektif, yaitu sebagai berikut

§         Alternatif pembicaraan pada keadaan siswa. Janganlah menilai sifat atau pribadi    siswa, sebab hal ini dapat merendahkan martabat siswa.

§         Jelaskanlah keadaan sebagaimana adanya, nyatakanlah perasaan tentang keadaan itu, dan jelaskan harapan anda berkenaan dengan keadaan itu.

§         Kemukakanlah perasaan yang benar-benar keluar dari hati sanubari anda untuk membangkitkan pemahaman para siswa tentang keadaan yang mereka hadapi.

§         Hilangkanlah kekerasan dengan himbauan kerjasama dan penyajian kesempatan bagi para siswa untuk bertindak secara bebas.

§         Kurangilah keengganan/penolakan siswa dengan jalan tidak memerintah atau menuntut mereka melakukan sesuatu yang dapat membangkitkan sikap mempertahankan diri.

§         Kenalilah, terimalah dan hormatilah ide-ide serta perasaan-perasaan siswa yang dapat membangkitkan kesadaran akan harga diri mereka.

§         Hindarkanlah usaha diagnosis dan pragnosis yang menghasilkan pemberian ciri – ciri tertentu pada siswa yang seringkali tidak tepat .

§         Jelaskan prosesnya, bukan menilai hasil-hasilnya atau orangnya. Berikanlah bimbingan bukan kritik.

§         Hindarilah pertanyaan-pertanyaan atau komentar-komentar yang dapat menimbulkan kemarahan atau sikap bertahan.

§         Hindarilah penggunaan kata-kata kasar, sebab hal itu dapat menghilangkan harga diri siswa.

§         Tahanlah keinginan untuk memberi pemecahan masalah yang segera terhadap masalah yang dihadapi siswa: pakailah waktu yang tersedia untuk membimbing siswa sehingga mereka mampu mengatasi sendiri masalah itu.

§         Berusahalah untuk berbicara singkat saja misalnya hindari pemberian ceramah yang panjang – lebar dan bertele – tele karena hal itu tidak akan memotivasi siwa.

§         Perhatikan dan amatilah pengaruh kata-kata tertentu terhadap siswa.

§         Pakailah pujian-pujian yang bersifat menghargai siswa, karena hal itu bersifat produktif misalnya hindarilah pemakaian pujian – pujian atas pertimbangan – pertimbangan yang tidak wajar, karena hal itu bersifat destruktif.

§         Dengarkanlah apa yanng dikatakan para siswa dan doronglah mereka untuk menyatakan ide – ide dan perasaan – perasaan  mereka.

 

 

 

 

D.    KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENDEKATAN SOSIO-EMOSIONAL

1.       Kelebihan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional

ü      Siswa merasa nyaman di kelas kerena terjalin hubungan yang baik dengan guru.

ü      Penyelesaian suatu masalah dipecahkan bersama melalui pertemuan kelas.

ü      Pelajaran diyakini akan lebih mudah diterima karena siswa merasa nyaman, tentram dan aman dengan situasi yang ada.

ü      Terbinanya sikap demokratis.

ü      Selalu ada penghargaan , jadi setiap kegagalan tidak akan membunuh motivasi siswa.

ü      Siswa belajar untuk saling menghargai teman ataupun guru.

2.       Kelemahan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional

ü      Apabila hubungan siswa terlalu dekat dengan guru atau guru terlalu baik akan menimbulkan sikap siswa yang terlalu bebas.

ü      Sulit untuk memahami karakter emosi setiap siswa di kelas, maka diperlukan ketrampilan guru yang lebih untuk membuat iklim sosio emosional yang kondusif.[4]

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.      KESIMPULAN

Pendekatan iklim sosio-emosional dalam pengelolaan kelas berakar pada psikologi penyuluhan (konseling) dan klinis sehingga menekankan pentingnya hubungan interpersonal. Pendekatan iklim sosio-emosional akan tercapai secara maksimal apabila hubungan antara pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan murid serta hubungan antar siswa. Di dalam hal ini, guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut.

Pada pendekatan iklim sosio-emosional, terdapat beberapa pakar atau ahli yang mengemukakan pendapatnya, yaitu Carl Rogers, Haim C. Ginnot, William Glasser, dan Rudolf Dreikurs. Carl Rogers menekankan pentingnya mutu sikap dalam hubungan interpersonal antara guru dengan siswanya. Haim C. Ginnot, menekankan pentingnya komunikasi yang diselenggarakan oleh guru. William Glasser menekankan pentingnya kebutuhan akan identitas diri, sedangkan Rudolf Dreikurs beranggapan tingkah laku dan keberhasilan siswa tergantung pada suasana demokratis yang ada di dalam kelas.

Pendekatan iklim sosio-emosional memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan dari pendekatan iklim sosio-emosional adalah siswa merasa nyaman karena terbinanya hubungan yang baik antara guru  dan penyelesaian masalah dilakukan dengan pertemuan kelas. Kelemahan pendekatan iklim sosio-emosional adalah jika hubungan siswa terlalu dekat dengan guru atau guru terlalu baik akan menimbulkan sikap siswa yang terlalu bebas.

 

B.     SARAN

Dalam menerapkan pendekatan iklim sosio-emosional di dalam kelas, guru sebaiknya memahami betul mengenai pendekatan iklim sosio-emosional sehingga dalam penerapannya di kelas diperoleh hasil yang maksimal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



[1] http://kencanadewidotnet.wordpress.com/2012/02/03/pendekatan-iklim-sosio-emosional-dalam-pengelolaan-kelas/
[2] Rohani Ahmad, PENGELOLAAN PENGAJARAN,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hal 130-131.
[3] Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional Cetakan XIII, ( Bandung : Remaja Rosdakaarya, 2001 ). Hal 55
[4] Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional Cetakan XIII, ( Bandung : Remaja Rosdakaarya, 2001 ). Hal 109