Arifin Krenz

Arifin Krenz
Di Tugu Soekarno #Jembatan

Minggu, 22 Juni 2014

Makalah Pengelolaan Pembelajaran - Iklim Sosio Emosional



BAB I

PENDAHULUAN

A.          LATAR BELAKANG

Seorang guru memiliki peranan sebagai pengelola aktivitas yang harus bekerja berdasar pada kerangka acuan pendekatan pengelolaan kelas. Mengelola kelas dalam proses pemecahan masalah bukan terletak pada banyaknya macam kepemimpinan dan kontrol, tetapi terletak pada ketrampilan memberikan fasilitas yang berbeda-beda untuk setiap peserta didik. Pemecahan masalah merupakan proses penyelesaian yang beragam, ini tergantung pada sumber permasalahan.

Guru harus memiliki, memahami dan terampil dalam menggunakan macam-macam pendekatan dalam pengelolaan kelas, meskipun tidak semua pendekatan yang dipahami dan dimilikinya dipergunakan bersamaan atau sekaligus. Dalam hal ini , guru dituntut untuk terampil memilih atau bahkan memadukan pendekatan yang menyakinkan untuk menangani kasus manajemen kelas yang tepat dengan masalah yang dihadapi.

Di kelaslah segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya. Kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Mengingat pentingnya pendekatan dalam pengelolaan kelas, maka pada makalah ini penulis akan membahas mengenai salah satu pendekatan dalam pengelolaan kelas yaitu Pendekatan Iklim Sosio-Emosional.

 

B.     RUMUSAN MASALAH

Dengan melihat latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah. Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Bagaimana pendekatan iklim sosio-emosional secara umum?

2.      Bagaimana pendapat para ahli mengenai pendekatan iklim sosioemosional?

3.      Apa saja kelebihan dan kelemahan dari pendekatan iklim sosio-emosional?

C.     TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Untuk mengetahui tentang pendekatan sosio-emosional

2.      Untuk mengetahui cara menciptakan kondisi sosio-emosional yang positif serta      kelebihan dan kekurangan dari pendekatan iklim sosio-emosional.

D.    MANFAAT

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini :

1.      Memberikan informasi pada pembaca tentang pendekatan dan pentingnya iklim sosio-emosional.

2.      Dapat menjadi pedoman bagi calon guru dalam menerapkan pendekatan iklim sosio-emosional dalam kelas


 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      PENDEKATAN IKLIM SOSIO-EMOSIONL SECARA UMUM

Pendekatan Iklim Sosio-Emosional dalam pengelolaan kelas berakar pada psikologi penyuluhan (konseling) dan klinis sehingga menekankan pentingnya hubungan interpersonal. Guru adalah penentu utama dari hubungan interpersonal dan iklim (suasana) kelas. Dengan demikian, tugas yang amat pokok bagi guru ialah membangun hubungan interpersonal dan mengembangkan iklim sosio-emosional yang positif.

Pendekatan iklim sosio-emosional akan tercapai secara maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan murid serta hubungan antar murid. Dalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu, seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas untuk terciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap mengayomi atau sikap melindungi.[1]

 

 

 

 

B.     KONDISI SOSIO-EMOSIONAL

Suasana sosio-emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan peserta didik merupakan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran.

1.      Tipe Kepemimpinan
Peranan guru, tipe kepemimpinan guru, atau administrator akan mewarnai suasana emosional didalam kelas. Tipe kepemimpinan yang lebih berat pada otoriter akan menghasilkan sikap peserta didik yang submissive atau apatis. Tapi dipihak lain juga akan menumbuhkan sikap yang agresif.

Kedua sikap peserta didik yaitu apatis dan agresif ini dapat merupakan sumber problem pengelolaan, baik yang sifatnya individual maupun kelompok kelas sebagai keseluruhan. Dengan tipe kepemimpinan yang otoriter peserta didik hanya akan kalau ada gurdan kalau guru tidak mengawasi maka semua aktivitas menjadi menurun aktivitas proses belajar mengajar sngat tergantung pada guru dan menuntut sangat banyak perhatian dari guru.

Tipe kepemimpinan yang cenderung kepada laissez-faire biasanya tidak produktif walaupun ada pemimpin. Kalau guru ada peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan. Dalam kepemimpinan  tipe ini malahan biasanya aktivitas peserta didik lebih produktif kalau gurunya tidak ada. Tipe ini biasanya lebih cocok bagi peserta didik yang innerdirected dimana peserta didik tersebut aktif, penuh kemauan, berinisiatif, dan tidak selalu menunggu pengarahan . akan tetapi kelompok peserta disemacam ini biasanya tidak cukup banyak.
Tipe kepemimpinan guru yang lebig menekankan kepada sikap demokratis lebih memungkin terbinanya sikap persahabatan guru dan peserta didik dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu menciptakan iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi proses belajar-mengajar yang optimal, peserta didik akan belajar secara produktif baik pada saat diawasi guru maupun tanpa diawasi guru. Dalam kondisi semacam ini biasanya problema pengelolaan bisa dibatasi sedikit mungkin.



2.      Sikap Guru
Sikap  guru dalam menghadapi peserta didik yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku peserta didik akan dapat diperbaiki. Kalau guru terpaksa membenci, bencilah tingkah laku peserta didik dan bukan membenci peserta didik.

Terimalah peserta didik dengan hangat kalau ia insyaf akan kesalahannya. Berlakulah adil dalam bertindak dan ciptakan satu kondisi yang menyebabkan peserta didik sadar akan kesalahannya dan ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya.

3.      Suara Guru
Suara guru walaupun bukan faktor yang besar tetapi turut mempunyai pengaruh dalam belajar. Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi  atau demikian rendah sehingga tidak terdengar oleh peserta didik secara jelas dari jarak yang agak jauh akan membosankan dan pelajaran tidak akan diperhatikan. Suasana semacam ini mengundang tingkah laku yang tidak diinginkan.

Suara yang relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh kedengarannya rileks akan mendorong peserta didik untuk lebih berani mengajukan pertanyaaan, mencoba sendiri, melalukan percobaan terarah,  dan sebagainya. Tekanan suara hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan peserta didik yang mendengarnya.[2]

4.      Pembinaan Raport
Sekali lagi ingin kita tekankan bahwa pembinaan hubungan baik dengan peserta didik dalam masalah pengelolaaan sangat penting. Dengan hubungan baik guru peserta didik  senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, serta realistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya.







C.     PENDEKATAN SOSIO-EMOSIONAL MENURUT PARA AHLI
Dalam pendekatan iklim sosio-emosional dalam pengelolaan kelas terdapat beberapa pakar yang mengemukakan pendapatnya, yaitu :
Carl A. Rogers
Haim C. Ginnot
a)      Menurut Carl A. Rogers
Ide yang menyangkut ciri-ciri pendekatan iklim sosio-emosional ini dapat dijumpai dalam tulisan-tulisan Carl Rogers. Pokok pikiran Rogers menyatakan bahwa faktor yang amat berpengaruh terhadap peristiwa belajar adalah mutu sikap yang ada dalam hubungan interpersonal antara guru (sebagai fasilitator) dan siswa (sebagai pelajar). Menurut Rogers, beberapa sikap yang perlu dimiliki guru untuk membantu siswa belajar adalah [3]
Sikap kesadaran akan diri sendiri, keterbukaan dan tidak berpura-pura.
Guru perlu mengenal dirinya dengan baik dan menampilkan dirinya sendiri sebagai mana adanya. Guru hendaknya menyadari perasaan – perasaannya sendiri, menerima perasaan itu dan jika perlu mengkomunikasikan perasaan itu. Tindakan guru harus sesuai dengan perasaan itu dan tidak pernah berpura – pura. Pengembangan hubungan interpersonal dan iklim sosio – emosional yang positif amat dipengaruhi oleh kemampuan guru menampilkan dirinya sebagaimana adanya. Menurut Rogers, penampilan diri sebagaimana adanya merupakan sikap yang paling penting yang mempengaruhi proses belajar.
Sikap menerima, menghargai, mau membantu, dan percaya.
Penerimaan guru merupakan sikap kedua yang juga amat penting dalam membantu siswa belajar. Penerimaan guru mengisyaratkan bahwa guru memandang siswa sebagai individu yang berharga. Hal ini juga menandakan adanya kepercayaan guru kepada siswa. Jika tingkah laku siswa diterima guru, maka siswa itu akan merasa bahwa ia dipercaya dan dihormati. Dengan demikian, guru yang menghormati dan mempercayai siswa akan mempunyai kesempatan yang besar untuk menciptakan iklim sosio emosional yang dapat membantu kesuksesan belajar siswa.

Sikap mau mengerti dengan penuh empati

Pengertian dengan penuh empati merupakan kemampuan guru untuk memahami keadaan siswa sesuai dengan pandangan siswa itu sendiri. Kemampuan ini menunjukkan kepekaan guru terhadap perasaan – perasaan siswa dan kepekaan guru untuk tidak memberikan penilaian terhadap keadaan siswa. Pengertian mendalam yang tanpa disertai penilaian ini perlu dilengkapi empati dari guru terhadap siswa. Jika hal ini terjadi, maka siswa akan merasa bahwa guru mengerti apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh siswa. Dengan demikian, hubungan interpersonal dan iklim sosio – emosional yang positif akan berkembang, dan selanjutnya pengaruh besar terhadap kegitan belajar siswa.

 

 

b)      Menurut Haim C. Ginnot

Dalam pengembangan iklim sosio-emosional yang positif Ginot menekankan pentingnya komunikasi yang diselenggarakan oleh guru. Yang amat perlu diperhatikan adalah komunikasi itu ialah bahwa guru hendaklah membicarakan keadaan yang dijumpai pada waktu itu dan tidak membicarakan pribadi ataupun sifat-sifat siswa. Jika guru dihadapkan pada perilaku siswa yang tidak menyenangkan, guru disarankan agar menjelaskan apa yang dilihatnya, apa yang dirasakan, dan apa yang sebaliknya dilakukan. Sebagai tambahan, Ginot mengemukakan sebuah daftar saran tentang cara-cara yang hendaknya dilakukan oleh guru dalam berkomunikasi secara efektif, yaitu sebagai berikut

§         Alternatif pembicaraan pada keadaan siswa. Janganlah menilai sifat atau pribadi    siswa, sebab hal ini dapat merendahkan martabat siswa.

§         Jelaskanlah keadaan sebagaimana adanya, nyatakanlah perasaan tentang keadaan itu, dan jelaskan harapan anda berkenaan dengan keadaan itu.

§         Kemukakanlah perasaan yang benar-benar keluar dari hati sanubari anda untuk membangkitkan pemahaman para siswa tentang keadaan yang mereka hadapi.

§         Hilangkanlah kekerasan dengan himbauan kerjasama dan penyajian kesempatan bagi para siswa untuk bertindak secara bebas.

§         Kurangilah keengganan/penolakan siswa dengan jalan tidak memerintah atau menuntut mereka melakukan sesuatu yang dapat membangkitkan sikap mempertahankan diri.

§         Kenalilah, terimalah dan hormatilah ide-ide serta perasaan-perasaan siswa yang dapat membangkitkan kesadaran akan harga diri mereka.

§         Hindarkanlah usaha diagnosis dan pragnosis yang menghasilkan pemberian ciri – ciri tertentu pada siswa yang seringkali tidak tepat .

§         Jelaskan prosesnya, bukan menilai hasil-hasilnya atau orangnya. Berikanlah bimbingan bukan kritik.

§         Hindarilah pertanyaan-pertanyaan atau komentar-komentar yang dapat menimbulkan kemarahan atau sikap bertahan.

§         Hindarilah penggunaan kata-kata kasar, sebab hal itu dapat menghilangkan harga diri siswa.

§         Tahanlah keinginan untuk memberi pemecahan masalah yang segera terhadap masalah yang dihadapi siswa: pakailah waktu yang tersedia untuk membimbing siswa sehingga mereka mampu mengatasi sendiri masalah itu.

§         Berusahalah untuk berbicara singkat saja misalnya hindari pemberian ceramah yang panjang – lebar dan bertele – tele karena hal itu tidak akan memotivasi siwa.

§         Perhatikan dan amatilah pengaruh kata-kata tertentu terhadap siswa.

§         Pakailah pujian-pujian yang bersifat menghargai siswa, karena hal itu bersifat produktif misalnya hindarilah pemakaian pujian – pujian atas pertimbangan – pertimbangan yang tidak wajar, karena hal itu bersifat destruktif.

§         Dengarkanlah apa yanng dikatakan para siswa dan doronglah mereka untuk menyatakan ide – ide dan perasaan – perasaan  mereka.

 

 

 

 

D.    KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENDEKATAN SOSIO-EMOSIONAL

1.       Kelebihan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional

ü      Siswa merasa nyaman di kelas kerena terjalin hubungan yang baik dengan guru.

ü      Penyelesaian suatu masalah dipecahkan bersama melalui pertemuan kelas.

ü      Pelajaran diyakini akan lebih mudah diterima karena siswa merasa nyaman, tentram dan aman dengan situasi yang ada.

ü      Terbinanya sikap demokratis.

ü      Selalu ada penghargaan , jadi setiap kegagalan tidak akan membunuh motivasi siswa.

ü      Siswa belajar untuk saling menghargai teman ataupun guru.

2.       Kelemahan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional

ü      Apabila hubungan siswa terlalu dekat dengan guru atau guru terlalu baik akan menimbulkan sikap siswa yang terlalu bebas.

ü      Sulit untuk memahami karakter emosi setiap siswa di kelas, maka diperlukan ketrampilan guru yang lebih untuk membuat iklim sosio emosional yang kondusif.[4]

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.      KESIMPULAN

Pendekatan iklim sosio-emosional dalam pengelolaan kelas berakar pada psikologi penyuluhan (konseling) dan klinis sehingga menekankan pentingnya hubungan interpersonal. Pendekatan iklim sosio-emosional akan tercapai secara maksimal apabila hubungan antara pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan murid serta hubungan antar siswa. Di dalam hal ini, guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut.

Pada pendekatan iklim sosio-emosional, terdapat beberapa pakar atau ahli yang mengemukakan pendapatnya, yaitu Carl Rogers, Haim C. Ginnot, William Glasser, dan Rudolf Dreikurs. Carl Rogers menekankan pentingnya mutu sikap dalam hubungan interpersonal antara guru dengan siswanya. Haim C. Ginnot, menekankan pentingnya komunikasi yang diselenggarakan oleh guru. William Glasser menekankan pentingnya kebutuhan akan identitas diri, sedangkan Rudolf Dreikurs beranggapan tingkah laku dan keberhasilan siswa tergantung pada suasana demokratis yang ada di dalam kelas.

Pendekatan iklim sosio-emosional memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan dari pendekatan iklim sosio-emosional adalah siswa merasa nyaman karena terbinanya hubungan yang baik antara guru  dan penyelesaian masalah dilakukan dengan pertemuan kelas. Kelemahan pendekatan iklim sosio-emosional adalah jika hubungan siswa terlalu dekat dengan guru atau guru terlalu baik akan menimbulkan sikap siswa yang terlalu bebas.

 

B.     SARAN

Dalam menerapkan pendekatan iklim sosio-emosional di dalam kelas, guru sebaiknya memahami betul mengenai pendekatan iklim sosio-emosional sehingga dalam penerapannya di kelas diperoleh hasil yang maksimal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



[1] http://kencanadewidotnet.wordpress.com/2012/02/03/pendekatan-iklim-sosio-emosional-dalam-pengelolaan-kelas/
[2] Rohani Ahmad, PENGELOLAAN PENGAJARAN,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hal 130-131.
[3] Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional Cetakan XIII, ( Bandung : Remaja Rosdakaarya, 2001 ). Hal 55
[4] Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional Cetakan XIII, ( Bandung : Remaja Rosdakaarya, 2001 ). Hal 109

Tidak ada komentar:

Posting Komentar